Ini yang Anak Pikirkan Saat Melihat Orang Tuanya Bertengkar
TABLOIDBINTANG.COM - Saat bertengkar, banyak pasangan suami istri melakukannya tanpa benar-benar melihat situasi. Tak jarang, anak-anak menjadi saksi atas segala pertengkaran yang terjadi antara ayah dan ibunya. Sementara orang tua berpikir, ah anak-anak masih kecil, tentu belum mengerti apa-apa.
Benarkah demikian?
Nyatanya, anak-anak, bahkan sejak usia bayi, sudah bisa bereaksi terhadap pertengkaran orang tuanya. Beberapa tanda atau reaksi negatif bisa dilihat langsung. Ada anak yang langsung lari keluar ruangan sambil menutup telinganya. Ada pula yang justru maju menjadi pembela salah satu pihak.
Mereka jelas tidak baik-baik saja, walau mungkin terlihat normal setelah pertengkaran berlalu. Namun jika kejadian ini sering mereka alami, seiring waktu, anak-anak akan tumbuh jadi lebih pendiam, atau ada juga yang mengalami gangguan kesehatan seperti sakit kepala atau sakit perut.
Seperti dilansir Parents, ini yang dipikirkan anak-anak saat melihat orang tuanya bertengkar. Agar lebih menjadi pertimbangan sebelum tanpa sengaja melakukannya lagi.
1. Bayi dan batita
Mereka akan merasa bahwa dua orang yang paling mereka sayangi berteriak satu sama lain.
Saat Anda menyadari si kecil melihat pertengkaran Anda dan pasangan, segera lakukan pelukan bersama, lalu perlihatkan senyuman sambil menatap mata anak. Katakan, "Tidak apa-apa, ibu tetap sayang ayah. Ayah tetap sayang ibu."
2. Anak usia PAUD
Anak-anak usia ini masih menganggap diri mereka pusat dari jagat raya. Maka saat mendapati orang tuanya bertengkar, mereka akan langsung merasa itu adalah kesalahan mereka.
Orang tua dari anak-anak usia ini bisa segera memperbaiki situasi dengan menenangkan mereka langsung, bahwa itu bukanlah kesalahan mereka.
3. Anak usia sekolah
Anak-anak yang berusia di atas 5-6 tahun akan langsung berpikir kalau orang tuanya akan berpisah. Ini jelas menyakitkan bagi mereka dan rentan menyebabkan depresi hingga gangguan tidur.
Alih-alih mengatakan "semua baik-baik saja", akan lebih baik jika orang tua bersikap terbuka mengenai penyebab pertengkaran dan jika bisa jelaskan solusi yang diambil. Jika belum ada solusi, jangan buat anak salah paham dengan berkata bohong.